
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau bergerak di zona hijau pada perdagangan sesi I Selasa (15/8/2023), mengikuti pergerakan bursa saham global yang terpantau menghijau.
Hingga pukul 11:04 WIB, IHSG menguat 0,13% ke posisi 6.919,44. IHSG pada sesi I bergerak di rentang 6.898,51 – 6.926,59 dan masih bertahan di level psikologis 6.900.
Secara sektoral, ada tiga sektor menjadi penopang IHSG pada sesi I hari ini, yakni sektor infrastruktur yang mencapai 3,67%, sektor energi sebesar 1,4%, dan sektor properti sebesar 0,88%.
Selain itu, beberapa saham juga turut menjadi penopang IHSG. Berikut saham-saham yang menopang IHSG di sesi I hari ini.
Emiten | Kode Saham | Indeks Poin | Harga Terakhir | Perubahan Harga |
Bayan Resources | BYAN | 5,96 | 17.900 | 1,85% |
GoTo Gojek Tokopedia | GOTO | 4,37 | 93 | 2,20% |
Adaro Energy Indonesia | ADRO | 2,36 | 2.450 | 2,51% |
Sumber Alfaria Trijaya | AMRT | 0,98 | 2.920 | 1,04% |
Sumber: Refinitiv & RTI
Saham raksasa batu bara yakni PT Bayan Resources Tbk (BYAN) menjadi penopang terbesar IHSG pada sesi I hari ini, yakni mencapai 5,9 indeks poin.
IHSG kembali menguat, mengikuti pergerakan bursa saham global. Pada pagi hari ini, mayoritas bursa Asia-Pasifik terpantau menguat. Indeks Nikkei 225 Jepang melesat 0,88%, Straits Times Singapura naik 0,1%, dan ASX 200 Australia bertambah 0,53%.
Sedangkan untuk indeks Hang Seng Hong Kong dan Shanghai Composite China terpantau melemah, masing-masing 0,8% dan 0,29%.
Sementara di Amerika Serikat (AS), bursa Wall Street pada penutupan perdagangan kemarin terpantau menguat. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup naik tipis 0,07%, S&P 500 menguat 0,58%, dan Nasdaq Composite melesat 1,05%.
Adapun dari dalam negeri, sentimen pasar pada hari ini yakni dari rilis data neraca perdagangan periode Juli 2023. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia, dari 11 lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Juli 2023 akan mencapai US$ 2,66 miliar.
Perkiraan surplus tersebut jauh lebih rendah dibandingkan Juni 2023 yang mencapai US$ 3,45 miliar. Jika neraca perdagangan kembali mencetak surplus maka Indonesia sudah membukukan surplus selama 39 bulan beruntun.
Konsensus juga menunjukkan bahwa ekspor akan terkontraksi 19,01% (year-on-year/yoy) sementara impor terkoreksi 15,31% pada Juli 2023.
Sebagai catatan, nilai ekspor Juni 2023 terkoreksi 21,18% (yoy) dan turun 5,08% (month-to-month/mtm) menjadi US$ 20,61 miliar. Impor terkontraksi 18,35 (yoy) dan jeblok 19,4% (mtm) menjadi US$ 17,15 miliar.
Ekspor diperkirakan jeblok pada Juli seiring dengan melambatnya perekonomian di negara mitra dagang, terutama dari China. Melemahnya harga komoditas juga ikut menekan surplus perdagangan Indonesia.