Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah inflasi AS dilaporkan lebih tinggi daripada periode sebelumnya dan capital outflow terjadi di pasar keuangan Indonesia.

Merujuk dari Refinitiv, rupiah ditutup melemah 0,66% terhadap dolar AS di angka Rp15.310/US$1 bahkan sempat melemah hingga Rp15.337/US$1. Ini merupakan posisi terlemah sejak 23 Maret 2023 atau lebih dari empat bulan terakhir.

Pelemahan sebesar 0,66% sehari juga menjadi depresiasi terdalam sehari sejak 6 Februari 2023 atau enam bulan terakhir di mana rupiah ambruk 1% lebih.

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI), Edi Susianto menjelaskan rupiah melemah karena tekanan sentimen global. Termasuk di dalamnya adalah proyeksi masih hawkishnya bank sentral AS The Federal Reserve dan ekonomi Tiongkok yang di bawah ekspektasi pasar.

“BI tentunya memastikan keseimbangan supply-demand terjaga dengan baik, dan untuk memastikan tidak terjadi gejolak nilai tukar yang tinggi,” tutur Edi, kepada CNBC Indonesia.

Pelaku pasar kini menunggu risalah rapat The Fed Federal Open Market Committee (FOMC) yang akan keluar pada Kamis dini hari waktu Indonesia. Risalah tersebut diharapkan bisa memberikan gambaran lebih jauh terkait keputusan the Fed dalam rapat Federal Open Market Committee (FOMC) di sisa tahun ini terutama pada potensi kenaikan suku bunga.

Potensi kenaikan suku bunga ini tak lepas dari naiknya Indeks Harga Konsumen (CPI) AS mencapai 3,2% (year on year/yoy) pada Juli 2023, meningkat dibandingkan 3,0% (yoy) pada Juni lalu. Meskipun demikian, laju inflasi di bawah ekspektasi sebesar 3,3% (yoy).

Kenaikan inflasi tersebut menjadi yang pertama kali dalam setahun terakhir, setelah dalam 12 bulan berturut-turut mencatatkan penurunan CPI.

Selain itu, dari dalam negeri, capital outflow di pasar keuangan Indonesia pun ikut menggoyang rupiah. Outflow tercatat sangat besar pada periode 7-10 Agustus 2023.

Bank Indonesia (BI) mencatatkan investor asing mencatat net sell sebesar Rp 14,59 triliun dengan rincian net buy di pasar Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 1,45 triliun tetapi terjadi net sell di pasar saham sebesar Rp 16,04 triliun.

Beralih ke Asia, Jepang dan China akan merilis data penting pada Selasa (15/8/2023). Besok, Jepang akan mengumumkan proyeksi data pertumbuhan ekonomi untuk kuartal II-2023 sedangkan China akan mengumumkan data produksi industri, penjualan ritel, dan angka pengangguran untuk Juli.

Sementara pada Kamis (17/8/2023), Jepang kan mengumumkan data perdagangan untuk Juli. Impor Jepang terkontraksi sebesar 12,9% (yoy) pada Juni lalu sementara ekspor masih tumbuh 1,5% (yoy).

Jika impor Jepang kembali terkontraksi maka Indonesia mesti waspada mengingat Negara Sakura adalah negara tujuan ekspor terbesar kedua untuk Indonesia. Impor yang terkontraksi menandai permintaan Jepang untuk barang dari luar negeri, seperti Indonesia, bisa menurun.

Sementara data China menjadi penting karena China merupakan negara dengan perekonomian terbesar di Asia sehingga jika pelemahan ekonomi China terjadi, maka akan berdampak besar bagi Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *