Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat pada perdagangan Senin (10/7/2023), meski ada sentimen negatif dari China, di mana inflasinya kembali menurun pada Juni 2023. Hingga akhir perdagangan kemarin, IHSG menguat 0,22% ke posisi 6.731,04. IHSG masih bertahan di level psikologis 6.700 hingga akhir perdagangan.

Secara sektoral, sektor properti menjadi penopang terbesar penguatan IHSG, yakni sebesar 2,25%. Selain itu, sektor energi juga menjadi leader IHSG yakni sebesar 1,14%.

Penguatan IHSG terjadi meski inflasi China mengalami penurunan kembali pada Juni lalu. Inflasi China turun ke level nol pada bulan lalu, menggarisbawahi berlanjutnya pelemahan permintaan dan menambah kekhawatiran terhadap ancaman deflasi.

Berdasarkan data dari Biro Statistik Nasional (NBS) China, melaporkan indeks harga konsumen (consumer price index/CPI) tidak berubah pada Juni 2023 dari tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).

Angka tersebut lebih rendah dari ekspektasi dalam survei ekonom yang memperkirakan inflasi sebesar 0,2% dan dibandingkan dengan angka Mei lalu sebesar 0,2% (yoy). Sedangkan CPI inti, yang tidak termasuk biaya makanan dan energi yang bergejolak, melambat menjadi 0,4%, dari 0,6%.

Data inflasi ini menambah bukti bahwa pemulihan ekonomi China tengah kehilangan momentum. Kekhawatiran deflasi telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir, membebani kepercayaan konsumen. Dampak lesunya ekonomi China dapat mempengaruhi Indonesia. Sebagai negara tujuan ekspor terbesar komoditas Indonesia, potensi menurunnya capital flow ke Indonesia dapat terjadi.

Sementara itu dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) melaporkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Juni 2023 mengalami penurunan ke level 127,1 dari sebelumnya 128,3 pada Mei 2023. Penurunan ini didorong oleh melemahnya optimisme keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi terhadap ekonomi ke depan.

Selain kabar tersebut, beberapa kabar emiten di kemarin juga menarik untuk disimak sebelum pembukaan perdagangan hari ini, Selasa (11/7).

1. OJK Tunjuk 2 Dewan Komisioner Baru OJK

Komisi XI DPR telah selesai melaksanakan uji kelayakan dan kepatutan atau fit and proper test terhadap empat calon anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (DK OJK).

Dari empat nama usulan Presiden Joko Widodo, Komisi XI DPR RI sepakat memutuskan mengangkat Agusman. sebagai Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya merangkap Anggota DK dan Hasan Fawzi sebagai Kepala Eksekutif Pengawas Inovasi Teknologi Sektor Keuangan, Aset Keuangan Digital dan Aset Kripto merangkap Anggota DK OJK.

Mereka berdua terpilih berdasarkan hasil musyawarah mufakat/voting, baik pimpinan maupun anggota Komisi XI DPR.

Seperti diketahui, Agusman sebelumnya merupakan Kepala Departemen Audit Internal di Bank Indonesia (BI). Sementara itu, Hasan Fawzi merupakan mantan Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI), dan saat ini menjabat sebagai Komisaris Independen PT Merdeka Battery Materials Tbk. (MBMA).

2. BEI Buka Suara Dampak Redenominasi ke Saham

Redenominasi rupiah tentunya akan sangat terasa pada industri pasar modal. Pasalnya, harga saham emiten-emiten RI banyak yang di bawah Rp 1.000 per sahamnya. Namun, Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Jeffrey Hendrik merespon, sebagai regulator pihaknya masih terus memantau perkembangan tersebut.

“Kami mengikuti saja dulu pemberitaannya,” ujarnya kepada wartawan, Senin (10/7).

Mantan Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Tito Sulistio pernah mengatakan maraknya saham-saham dengan harga di bawah Rp 50 per saham cenderung menjadi tidak efisien.

“Kalau saham di bawah gocap, tiap ada transaksi di suspense dan sesudah redenominasi harganya dibawah setengah sen rupiah??!! ampunn.. dan Richard Posner menulis buku menganai “the economic analysis of law”:.. jangan cost lebih mahal dari transaksinya lah,” sebutnya.

Hal senada juga diungkapkan oleh Mantan bos Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia), Hasan Zein Mahmud yang berpendapat bahwa redenominasi rupiah tidak akan banyak memberikan manfaat selain penyajian angka yang lebih singkat dalam laporan keuangan. Pendapat ini masih sama dengan pendapatnya di tahun 2012, ketika isu ini merebak.

“Redenominasi adalah operasi plastik untuk mempercantik wajah. Redenominasi itu polesan. Redenominasi itu semu,” ujarnya di laman Facebook pribadinya, Minggu (10/7/2023).

Mantan Bos Bursa itu mengatakan bahwa jika fundamental ekonomi kuat, maka mata uang pasti menguat dan tidak terdampak oleh pemangkasan tiga digit mata uang rupiah.

Hasan juga mengatakan bahwa redenominasi akan membuat rumit pasar modal. Dia memberikan contoh kerumitan yang paling ringan di bursa ketika terjadi fraksi harga saham atau harga yang dapat ditawar investor.

Contoh yang paling ringan, penulisan fraksi saham Rp 1 apakah itu ditulis Rp 0,001 atau 0,1 sen, tidak akan terpengaruh oleh perubahan lot size. Terlebih, bid dan offer saham dinyatakan dalam fraksi harga per saham. “Mau pakai fraksi harga Rp 1 pasca-redenominasi? Hahahahaha, harga Rp 50 (lima sen), fraksi harga Rp 1000?” tulis Hasan.

3. Crazy Rich Surabaya Akumulasi Saham Bank Danamon

Hermanto Tanoko ternyata diam-diam menambah kepemilikan sahamnya di PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (BDMN). Hal itu diketahui dari laporan Top 20 Pemegang Saham terbesar di Bank Danamon.

Hingga Juni 2023, crazy rich RI asal Surabaya yang merupakan pimpinan bos PT Avia Avian Tbk. (AVIA) tersebut duduk di posisi ke-14 sebagai pemegang saham Bank Danamon. Kepemilikan sahamnya di Bank Danamon saat ini mencapai 7,03 juta saham atau setara dengan 0,08% saham beredar BDMN.

Kepemilikan tersebut diketahui bertambah 701 ribu saham dibandingkan dengan posisi bulan Mei 2023 sebanyak 6,33 juta saham atau 0,007% yang menempati posisi urutan ke-16.


4. 13 Saham OTW Rp 1 Bikin Investor Rugi

Sebanyak belasan saham terus anjlok menuju Rp 1 per saham seiring bursa memberlakukan aturan baru untuk papan pemantauan khusus. Ribuan investor ‘nyangkut’ di saham-saham tersebut. Dalam aturan anyar papan pemantauan khusus tahap pertama yang resmi diberlakukan per 12 Juni 2023, Bursa Efek Indonesia (BEI), menerapkan penerapan harga saham terendah Rp 1 per saham.

Dalam periode ini, metode perdagangan masih dilakukan secara Hybrid. Dalam papan ini, BEI menetapkan nilai Auto Rejection Bawah (ARB) 10%. Sebelumnya, hanya saham yang tercatat di papan akselerasi yang harganya bisa turun ke Rp1 per saham.

Setidaknya ada 13 saham yang turun tajam hingga ke bawah level Rp35 per saham hanya dalam waktu kurang dari sebulan pasca-penerapan aturan di atas. Bahkan, sebanyak 6 di antaranya sudah diperdagangkan di harga Rp11 per saham.

Sebagaimana diketahui, bursa telah melakukan penerbitan Peraturan Bursa Nomor I-X tentang Penempatan Pencatatan Efek Bersifat Ekuitas pada Papan Pemantauan Khusus yang berlaku pada 9 Juni 2023 dan Peraturan Bursa Nomor II-X tentang Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas pada Papan Pemantauan Khusus yang akan berlaku pada 12 Juni 2023.

Selain itu, pada kriteria tertentu, masa lelang saham di papan ini dilakukan melalui periodic call auction. Teknis perdagangan periodik ini akan dilakukan dalam 5 sesi, dimulai pukul 09.00-15.55 WIB. Tiap sesinya akan dilakukan 3 fase, yaitu order collection phase, random closing dan order matching phase.

Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik menyebut, tujuan implementasi papan ini adalah untuk meningkatkan proteksi terhadap investor dengan cara menempatkan saham dengan kriteria tertentu di papan yang memiliki kriteria terpisah.

BEI sudah mengimplementasikan papan pemantauan khusus. Ini pengembangan daftar efek bersifat ekuitas dalam pantauan khusus yang sudah diimplementasikan 19 juli 2021,” kata, pada Konferensi Pers yang dilakukan daring.

5. Ngeri Dolar As Diramal Bisa Tembus Rp 15.400

Pemerintah memperkirakan nilai tukar rupiah bisa alami pelemahan dalam pada semester II-2023 atau jauh lebih tinggi dibandingkan posisi asumsi yang ditetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yaitu Rp14.800/US$.
“Rupiah agak melemah dibandingkan asumsi,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat rapat dengan Badan Anggaran DPR RI, Jakarta, Senin (10/7/2023)

Dalam catatan Kemenkeu, rupiah hingga semester I-2023 secara rata-rata Rp15.071/US$. Pada semester II diperkirakan nilai tukar rupiah bisa melemah ke Rp14.950-15.400/US$.

“Keseluruhan tahun nilai tukar rupiah ada di kisaran Rp15.000/US$ hingga Rp 15.250/US$,” jelasnya.

Pelemahan nilai tukar besar dipengaruhi oleh situasi global dengan risiko ketidakpastian yang semakin tinggi. Meskipun pasar Indonesia sudah amat menarik bagi investor.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *