Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah kurang dari 1% pada perdagangan Rabu (4/10/2023), setelah sempat terkoreksi parah sepanjang perdagangan hari ini.
IHSG ditutup melemah 0,78% ke posisi 6.886,58. Meski berhasil memangkas koreksi, tetapi IHSG kembali ke level psikologis 6.800 per hari ini.
Beberapa sektor menjadi pemberat IHSG pada hari ini, seperti sektor bahan baku yang mencapai 2,88%, sektor industri sebesar 2,56%, sektor sektor properti sebesar 1,68%, sektor konsumer non-primer sebesar 1,57%, sektor energi sebesar 1,56%, dan sektor konsumer primer sebesar 1,16%.
Selain itu, beberapa saham juga menjadi pemberat IHSG. Berikut saham-saham yang menjadi pemberat IHSG pada perdagangan hari ini.
Emiten | Kode Saham | Indeks Poin | Harga Terakhir | Perubahan Harga |
Astra International | ASII | -5,90 | 6.075 | -2,02% |
Barito Pacific | BRPT | -5,74 | 1.285 | -6,20% |
Sumber Alfaria Trijaya | AMRT | -3,88 | 2.870 | -2,71% |
Bank Rakyat Indonesia (Persero) | BBRI | -2,71 | 5.250 | -0,47% |
GoTo Gojek Tokopedia | GOTO | -2,15 | 82 | -1,20% |
Sumber: Refinitiv
Saham PT Astra International Tbk (ASII) menjadi pemberat IHSG pada hari ini yakni mencapai 5,9 indeks poin.
Sentimen negatif datang dari Amerika Serikat (AS), di mana kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) kembali menjadi kekhawatiran pasar dan membuat pasar saham global kembali terpuruk.
Yield Treasury acuan tenor 10 tahun naik 19 basis poin (bp) ke posisi 4,821%, nyaris menyentuh 5% dan menjadi yang tertinggi sejak 2007 silam.
Masih melonjaknya yield Treasury terjadi karena prospek era suku bunga tinggi sepertinya belum akan berakhir dalam waktu dekat, membuat pasar semakin khawatir.
Inventor kini memprediksi suku bunga dapat lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama. Biaya pinjaman yang lebih tinggi berdampak negatif bagi dunia usaha dan konsumen.
Menurut Presiden The Fed Atlanta, Raphael Bostic mengatakan tidak ada urgensi bagi bank sentral untuk menaikkan suku bunga kebijakannya lagi, namun kemungkinan akan memakan waktu yang lama sebelum penurunan suku bunga dianggap tepat.
Sedangkan menurut Presiden The Fed Cleveland, Loretta Mester mengatakan dia terbuka untuk menaikkan suku bunga lagi, kemungkinan pada pertemuan bank berikutnya.
Sementara itu, ekspektasi pasar mengenai kebijakan ketat The Fed semakin kencang. Perangkat FedWatch Tool menunjukkan sekitar 30,9% pelaku pasar memperkirakan adanya kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 bp pada November mendatang. Angka ini lebih besar dibandingkan pekan lalu yang hanya 14%.
Di lain sisi, data menunjukkan lowongan pekerjaan di AS secara tak terduga meningkat pada bulan Agustus, memicu kekhawatiran tentang ketatnya pasar tenaga kerja menjelang laporan utama pekerjaan bulanan AS pada Jumat pekan ini.
Jika data tenaga kerja Negeri Paman Sam masih cukup kuat, maka The Fed berpotensi belum akan merubah sikapnya menjadi dovish.
Apalagi, jika inflasi AS di bulan-bulan berikutnya masih jauh dari target yang ditetapkan The Fed di 2%, maka The Fed juga akan ‘kekeuh’ mempertahankan sikap hawkish-nya.