ndeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat pada perdagangan Jumat (22/9/2023) akhir pekan ini dan kembali ke level psikologis 7.000, di mana investor sepertinya sudah mulai berpaling dari sentimen kebijakan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS).
Hingga akhir perdagangan, IHSG ditutup menguat 0,36% ke posisi 7.016,844. IHSG kembali ke level psikologis 7.000 setelah kemarin terkoreksi ke level psikologis 6.900.
Secara sektoral, sektor properti dan teknologi menjadi penopang terbesar IHSG pada perdagangan akhir pekan ini. Sektor properti menopang hingga 1,25%, sedangkan sektor teknologi sebesar 0,71%.
Selain itu, beberapa saham juga turut menjadi penopang IHSG pada akhir perdagangan hari ini. Berikut saham-saham yang menopang IHSG pada perdagangan hari ini.
Emiten | Kode Saham | Indeks Poin | Harga Terakhir | Perubahan Harga |
Telkom Indonesia (Persero) | TLKM | 6,25 | 3.860 | 1,31% |
Bank Negara Indonesia (Persero) | BBNI | 2,92 | 9.750 | 1,56% |
Unilever Indonesia | UNVR | 1,17 | 3.850 | 2,12% |
Sumber Alfaria Trijaya | AMRT | 0,99 | 2.900 | 0,69% |
Sumber: Refinitiv
Saham emiten telekomunikasi BUMN yakni PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) menjadi penopang terbesar IHSG pada hari ini, yakni sebesar 6,25 indeks poin.
Sepertinya, investor mulai melupakan sentimen dari kebijakan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dan membuat IHSG kembali menghijau dan menyentuh level psikologis 7.000.
Sebelumnya pada Kamis dini hari waktu Indonesia, The Fed memutuskan untuk menahan suku bunga acuannya di level 5,25%-5,5%.
Namun, The Fed mengindikasikan akan tetap mempertahankan sikaphawkish-nya hingga akhir tahun ini.
Hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) juga mengindikasikan jika kebijakan moneter yang ketat akan tetap berlanjut hingga 2024 dan akan memangkas suku bunga lebih sedikit dari indikasi sebelumnya.
Dokumen dot plot The Fed menunjukkan suku bunga akan ada di kisaran 5,5-5,75% pada tahun ini. Artinya, ada indikasi jika The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 bp lagi hingga akhir tahun.
“Indikator terkini menunjukkan jika aktivitas ekonomi masih solid. Penambahan tenaga kerja melandai dalam beberapa bulan terakhir tetapi tetap kuat. Tingkat pengangguran tetap rendah tetapi inflasi masih naik,” tutur The Fed dalam keterangan resminya, dikutip dari situs resmi The Fed.
Sementara itu, pasar juga masih merespons baik dari sikap Bank Indonesia (BI) yang kembali menahan suku bunga acuannya kemarin.
BI memutuskan untuk menahan suku bunga acuannya, BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level 5,75%. Demikian juga suku bunga deposit facility di level 5% dan lending facility 6,5%.
Gubernur BI, Perry Warjiyo menjelaskan, keputusan ini merupakan bentuk konsistensi kebijakan moneter BI untuk memastikan inflasi tetap rendah dan terkendali dalam kisaran sasaran 3% plus minus 1% pada 2023 dan 2,5% plus minus 1% pada 2024.
“Keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini sebagai konsistensi kebijakan moneter untuk memastikan inflasi tetap rendah dan terkendali,” kata Perry saat konferensi pers di Kantor Pusat Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (21/9/2023).
Kendati demikian, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan hanya ada satu aspek yang perlu dipertimbangkan sehingga opsi saat ini adalah menahan di level 5,75%.
“Kalau hanya mempertimbangkan pertimbangan ekonomi domestik yaitu inflasi rendah dan akan terus rendah tentu ada ruang-ruang untuk melihat kembali kebijakan suku bunga BI sekaligus juga untuk dorong pertumbuhan ekonomi,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Kamis (21/9/2023).
Pernyataan Perry ini menjadi sinyal jika BI ada potensi untuk kembali menahan suku bunganya di pertemuan mendatang atau bahkan menurunkan suku bunganya jika diperlukan