
Bursa Asia-Pasifik dibuka cenderung beragam pada perdagangan Selasa (8/8/2023), jelang rilis data neraca perdagangan China periode Juli 2023.
Per pukul 08:30 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang menguat 0,39%, Straits Times Singapura naik tipis 0,06%, dan ASX 200 Australia terapresiasi 0,19%.
Sementara untuk indeks Hang Seng Hong Kong ambles 1,08%, Shanghai Composite China terkoreksi 0,25%, dan KOSPI Korea Selatan terpangkas 0,42%.
Dari China, data neraca perdagangan pada periode Juli 2023 akan dirilis pada hari ini. Data ekspor dan Impor China periode Juli 2023 juga akan dirilis hari ini.
Konsensus pasar dalam survei Trading Economics memperkirakan ekspor China sedikit turun menjadi minus 12,5% (year-on-year/yoy) pada bulan lalu, dari sebelumnya yang berkontraksi atau minus 12,4% pada Juni lalu.
Sedangkan impor China diperkirakan membaik menjadi minus 5% (yoy) pada bulan lalu, dari sebelumnya pada Juni lalu yang berkontraksi 6,8%.
Neraca dagang China diperkirakan sedikit turun menjadi US$ 70,6 miliar pada bulan lalu, dari sebelumnya sebesar US$ 70,62 miliar pada Juni lalu.
Sebelumnya, aktivitas manufaktur China turun untuk bulan keempat berturut-turut di bulan Juli 2023. Hal ini mengancam prospek pertumbuhan untuk kuartal III/2023.
Tak hanya itu, penurunan tersebut juga dapat memberi tekanan kepada para pejabat untuk memberikan langkah-langkah kebijakan yang dijanjikan untuk meningkatkan permintaan domestik, yang mengakibatkan sektor jasa dan konstruksi tertatih-tatih di ambang kontraksi.
Pasar utama China sendiri berjuang dengan lonjakan suku bunga di tengah peperangan dalam menurunkan inflasi yang melonjak.
Akibat hal tersebut, pemerintah China kemudian berusaha keras untuk meningkatkan konsumsi domestik tanpa terlalu banyak melonggarkan kebijakan moneter agar tidak memicu arus keluar modal yang besar.
Di lain sisi, bursa Asia-Pasifik yang cenderung bervariasi terjadi di tengah menghijaunya bursa saham AS, Wall Street pada penutupan perdagangan kemarin.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melonjak 1,16%, S&P 500 melesat 0,9%, dan Nasdaq Composite menguat 0,61%.
Menghijaunya Wall Street ditopang oleh kinerja perusahaan yang lebih baik dari ekspektasi pasar. Sejauh ini, dari 85% perusahaan di S&P 500 yang telah membukukan laporan keuangan kuartalan mereka, sekitar empat perlima telah melampaui perkiraan Wall Street, menurut FactSet.
Selain kinerja keuangan perusahaan, investor pada pekan ini juga masih akan berfokus pada rilis data inflasi konsumen dan inflasi produsen periode Juli 2023.
Data inflasi AS menjadi perhatian terbesar mengingat keduanya menjadi pertimbangan utama bagi bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) dalam menentukan arah kebijakan suku bunga berikutnya.
Bila inflasi AS terus melandai maka ada harapan jika The Fed melunak pada September mendatang. Namun jika sebaliknya yakni inflasi kembali naik, maka The Fed masih akan mempertahankan kebijakan hawkish-nya.
Selain data inflasi, data tenaga kerja yang dirilis pada pekan lalu juga masih menjadi perhatian karena data tenaga kerja juga akan dipantau oleh The Fed. Pekan lalu, AS mengumumkan rasio pengangguran mereka yang turun menjadi 3,5% pada Juli, dari 3,6% pada Juni.
Namun, adanya tambahan pekerja sebanyak 187.000 pada bulan lalu menunjukkan jika ekonomi AS masih kencang.
Kondisi ini bisa membuat The Fed tetap hawkish ke depan.
Dengan The Fed kembali hawkish juga tetap akan menjadi kabar positif, sebab Jerome Powell selaku ketua The Fed sempat menyatakan akan menaikkan suku bunga dua kali.
Artinya, kenaikan ke depan berpotensi menjadi yang terakhir mengingat suku bunga telah dinaikkan sekali sebelumnya. Perilaku pasar yang suka berekspektasi atau forward looking akan menjadi potensi pasar mengalami penguatan dalam jangka pendek.