Pengusaha real estate dan motivator Bong Chandra, Andika Sutoro Putra dan kongsi, akan membawa PT Multi Garam Utama Tbk (FOLK) melantai di bursa melalui penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO). Namun, rekam jejak emiten Bong Chandra, Andika Sutoro Putra serta kawan-kawan kurang mengesankan bahkan cenderung berbau gorengan.

Dalam IPO, FOLK, yang bergerak di bidang omni-channel ritel dan media, akan melepas sebanyak 570.000.000 saham biasa atas nama yang merupakan saham baru dengan nilai nominal Rp 20 per saham yang mewakili sebesar 14,44% dari modal yang telah ditempatkan.

Kapitalisasi pasar (market cap) FOLK di Bursa Efek Indonesia (BEI) berkisar Rp394,8 miliar.

Seperti sedikit disinggung di atas, Bong Chandra tidaklah sendirian.

Bersama Andika Sutoro Putra, yang dikenal sebagai investor saham, pengusaha, dan penulis buku investasi, dan dua rekan lainnya, Danny Sutradewa dan Vincentius Prasetyo, Bong Chandra membangun SALT Ventures.

Jejak nama-nama tersebut terlihat di FOLK lantaran keempatnya tercatat memegang saham PT Garam Ventura Indonesia (GVI) yang tak lain merupakan pemegang saham FOLK sejak pre-IPO.

Danny Sutradewa menggenggam 35,00% saham GVI, Bong Chandra 30,00%, Andika Sutoro 25,00%, dan Vincentius Prasetyo 10,00%.

Selain GVI, PT Sumber Garam Pratama (SGP), merupakan pemegang saham mayoritas dan pengendali FOLK. Pasca-IPO (belum termasuk realisasi waran), GVI akan menguasai 19,71% saham dan SGP 46,30% saham FOLK. GVI sendiri menguasai 27,59% saham SGP.

Dengan kepemilikan di GVI dan secara tak langsung di SGP, Danny Sutradewa dan Bong Chandra selaku pengendali tidak langsung dan pemilik manfaat FOLK.

Di FOLK, Bong Chandra menjabat sebagai komisaris utama, sedangkan Danny Sutradewa sebagai direktur utama perseroan.

Rekan Bong Chandra lainnya dari SALT Ventures, Andika Sutoro menduduki kursi wakil direktur.

Kisah ‘Dewa Saham’ dan TRUE-YELO ke Gocap

Sebelum berbondong-bondong membesut FOLK masuk bursa, Bong Chandra sudah terlebih dahulu meng-IPO-kan perusahaan propertinya, PT Perintis Triniti Properti Tbk (TRIN) pada awal 2020 lalu.

Kala itu, harga IPO TRIN dipatok di Rp200/saham dengan raupan dana sekitar Rp129 miliar.

Sempat menembus Rp705/saham pada 22 Februari 2022, kini (per 2 Agustus 2023) saham TRIN sudah turun ke level Rp193 per saham.

Bong Chandra adalah founder sekaligus Direktur TRIN sejak 2009.

Setelah TRIN, Bong Chandra juga membawa sister company-nya TRIN, PT Triniti Dinamik Tbk (TRUE) yang juga bergerak di bidang properti manggung di BEI pada Juni 2021 dengan harga penawaran Rp100/saham.

Saham TRUE kini nyender di level gocap (Rp50/saham) setelah sempat menembus Rp900-an/saham pada tengah 2021 melesat kencang ketika awal-awal melantai.

Seiring dengan itu, sejak 31 Mei 2023, pihak bursa memasukkan TRUE ke dalam daftar efek dalam pemantauan khusus dengan kriteria nomor 1.

Kriteria nomor 1 berarti harga rata-rata saham selama 6 bulan terakhir di Pasar Reguler dan/atau Pasar Reguler Periodic Call Auction kurang dari Rp51,00.

Tidak hanya Bong Chandra, Andika Sutoro, yang menulis buku investasi Anak Muda Miliarder Saham (2018), juga turut ikut masuk pasca IPO perusahaan penyedia layanan konektivitas Passpod PT Yelooo Integra Datanet Tbk (YELO) pada Oktober 2018.

Harga IPO YELO waktu itu berada di angka Rp376/saham dengan raupan dana segar Rp49 miliar. Sekarang, mirip TRUE, saham YELO juga sudah mondar mandir ke gocap sebelum akhirnya naik ke Rp54/saham pada 1 Agustus kemarin.

Andika Sutoro sempat tercatat di daftar pemegang saham di atas 5% YELO. Berdasarkan data BEI, Andika Sutoro pernah menggenggam 19 juta saham atau 5% saham YELO per 7 November 2018 yang artinya Andika masuk setelah masa penawaran perdana karena namanya tidak muncul di prospektus.

Namun, saat ini nama Andika Sutoro tidak lagi tercatat di daftar tersebut. Tidak diketahui dengan detail kapan dan di harga berapa dirinya keluar dari daftar pemegang saham utama YELO.

Ketiga emiten Andika dan Chandra juga sudah bolak balik mendapat tato Unusual Market Activity (UMA) dari regulator. Hal tersebut wajar mengingat pola pergerakan ketiga saham tersebut sangat mirip yakni ada kenaikan sangat kencang dalam waktu singkat, kemudian longsor parah dalam waktu singkat pula.

Sebagai catatan pola pergerakan saham seperti itu sangat lekat dengan pola pergerakan aksi goreng saham alias Pump and Dump dimana harga saham digoreng naik tinggi terlebih dahulu sebelum dibanting dan dijual kepada investor-investor yang sial membeli di harga atas.

Dengan kinerja saham-saham besutan kedua pengusaha di atas tersebut yang buruk, caption bernada kelakar dari Andika Sutoro di akun Instagram pribadinya @andikasutoroputra pada 23 Maret 2021 menimbulkan ironi.

Dalam postingannya itu, Andika Sutoro mengunggah foto Bong Chandra dan dirinya sedang bermain catur.

Pria kelahiran 1994 tersebut, yang akrab disapa Putra (nama belakangnya) menganggap dirinya sebagai dewa saham, dia menulis caption, “Dewa saham lagi tanding sama Dewa properti @bongchandra, kira2 siapa yg menang?”

Andika Sutoro melanjutkan, “Kalo bro @dannysutradewa gaperlu pake dewa2an, nama aslinya memang uda ada dewa nya.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *