Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah pada perdagangan sesi I Selasa (1/8/2023).
IHSG turun 0,53%, meninggalkan level psikologis 6.900, tepatnya ke 6.894,83. Sebanyak 381 saham turun, 162 saham naik, dan 181 saham stagnan.
IHSG terkoreksi setelah selama dua hari beruntun mengalami penguatan. Sejatinya, IHSG sudah menguat sejak perdagangan 20 Juli lalu.
Namun pada perdagangan Kamis pekan lalu, IHSG terpantau mengalami koreksi. Jika saja perdagangan Kamis pekan lalu ditutup menguat, maka IHSG mencatatkan penguatan selama delapan hari beruntun.
Koreksi IHSG dinilai wajar, karena sudah beberapa hari terakhir indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut ditutup menghijau, sehingga investor kembali merealisasikan keuntungannya.
Di lain sisi, IHSG terkoreksi di tengah resmi berlakunya aturan Devisa Hasil Ekspor (DHE) dan jelang perilisan data inflasi periode Juli 2023.
Seperti diketahui, pemerintah merilis aturan baru terkait DHE SDA melalui Peraturan Pemerintah (PP) No.36 Tahun 2023 tentang Devisa Hasil Ekspor (DHE) dari kegiatan pengusahaan, pengelolaan, dan/atau pengolahan sumber daya alam.
Terdapat beberapa perubahan dalam aturan baru mengenai DHE sumber daya alam (SDA) ke dalam bank di dalam negeri.
Di antara perubahan tersebut adalah eksportir wajib menyimpan minimal 30% dari DHE dalam sistem keuangan Indonesia selama jangka waktu tertentu.
Aturan DHE SDA mencakup sektor pertambangan, perkebunan, kehutanan, dan perikanan.
Batas DHE yang akan dikenai kewajiban adalah US$ 250.000 per dokumen atau Rp 3,76 miliar. Dengan demikian, industri mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang melakukan ekspor tidak akan dikenai kewajiban ini.
Investor menyimak rilis inflasi dalam negeri hari ini.
Indeks Harga Konsumen (IHK) Indonesia melesat hingga 0,21% (month to month/mtm) per Juli 2023. Adapun, inflasi tahun kalender mencapai 1,45%, dengan demikian inflasi tahunan (year on year/yoy) mencapai 3,08%
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini mengungkapkan inflasi Juli 2023 secara bulanan lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya, Juni 2023, sebesar 0,14%. Namun, lebih rendah dibanding 0,64% Juli 2023.
“Penyumbang terbesar adalah kelompok transportasi 0,58% dan andil 0,8%,” papar Pudji, dalam Rilis BPS, Selasa (1/8).
Proyeksi inflasi ini sejalan dengan perkiraan CNBC Indonesia. Konsensus pasar yang dihimpun Tim Riset CNBC Indonesia dari 11 institusi memperkirakan inflasi Juli 2023 akan menembus 0,21% dibandingkan bulan sebelumnya (month to month/mtm). Inflasi bulanan pada Juni tercatat 0,14%.
Hasil polling juga memperkirakan inflasi (year on year/yoy) akan menembus 3,08% pada bulan ini. Inflasi inti (yoy) diperkirakan mencapai 2,50%.
Secara tahunan, inflasi menembus 3,52% sementara inflasi inti tercatat 2,58% pada Juni. Inflasi tahunan akan melandai pada bulan ini karena semakin berkurangnya dampak kenaikan harga BBM pada September tahun lalu.
Analisis Teknikal
Foto: Putra Teknikal |
IHSG dianalisis berdasarkan periode waktu 1 jam (hourly) menggunakan moving average (MA) dan Fibonacci retracement untuk mencari resistance dan support terdekat.
Pada sesi I, IHSG menembus MA 20 (6.910) dan level psikologis 6.900. IHSG masih tertahan di support penting 6.880 (Fibonacci 78,6%).
Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lainnya, yakni Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.
RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.
Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20. Dalam grafik 1 jam, posisi RSI turun ke ke 45,86.
Sementara, dilihat dari indikator lainnya, Moving Average Convergence Divergence (MACD), garis MACD memotong garis sinyal dari atas ke bawah, menandakan death cross yang menjadi pola pembalikan tren.
Di sesi II, IHSG berpotensi ditutup di zona merah dengan menguji area support terdekat di 6.880 (Fibonacci 78,6%) dan resistance berada di level psikologis 6.900 dan MA 20 (6.910)