Mayoritas Bursa Asia-Pasifik di tutup menguat pada perdagangan Rabu (19/7/2023) di tengah sentimen melemahnya ekonomi China yang terlihat dari penurunan ekspor dan impor Negeri Tirai Bambu tersebut pada periode Juni 2023.

Indeks Nikkei 225 Jepang ditutup melonjak 1,24% di posisi 32.896,03, KOSPI Korea Selatan ditutup menguat 0,02% di posisi 2.608,24, Indeks Hang Seng Hong Kong harus ditutup melemah 0,33% di posisi 18.952,31, Shanghai Composite China ditutup naik 0,03% ke 3.198,84, FTSE Straits Times Singapura juga naik 0,64% ke posisi 3.275,24, dan ASX 200 Australia juga melesat 0,55% di posisi 7.323,70.

Hanya indeks Hang Seng Hong Kong yang harus ditutup melemah pada perdagangan Bursa Asia-Pasifik hari ini, sedangkan IHSG Indonesia tidak bergerak pada perdagangan hari ini karena hari libur Tahun Baru Islam.

Dari Hong Kong, dimana negara tersebut telah di landa Topan Talim pada Senin pukul 07.45 pagi waktu Hong Kong. Hal ini membuat pasar saham di Hong Kong kurang bergairah akibat bencana yang melanda negara tersebut.

Dari Australia akan segera merilis angka pengangguran yang akan memberi petunjuk pada keputusan suku bunga Reserve Bank of Australia (RBA). Tingkat pengangguran di Australia diperkirakan akan meningkat setelah berada pada level rendah dalam 48 tahun terakhir akibat kenaikan suku bunga dan perlambatan ekonomi global. Di tengah inflasi tinggi, tingkat pengangguran pada Mei 2023 turun ke level 3,6% di saat para ekonom memperkirakan stabil pada level 3,7%.

Dari Korea, Korea Selatan mencatat surplus perdagangan sebesar US$1.126,19 juta pada Juni 2023. Korea Selatan sangat bergantung pada perdagangan internasional dengan mitra dagang terbesar termasuk China, AS, dan Jepang. Negara ini telah mencatat surplus perdagangan yang konsisten sejak tahun 2008 dengan pengecualian pada tahun 2022 ketika perang di Ukraina meningkatkan biaya impor minyak dan makanan secara substansial.

Dan dari Negeri Tirai Bambu, Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional (NDRC) China berjanji untuk meluncurkan kebijakan dukungan konsumsi tanpa penundaan. Lantaran saat ini rumah tangga di China mulai menunjukkan tanda-tanda balance sheet recession.

Perencana ekonomi top China berjanji pada hari Selasa (18/7/2023) bahwa mereka akan meluncurkan kebijakan untuk “memulihkan dan memperluas” konsumsi tanpa penundaan karena daya beli konsumen tetap lemah, menunjukkan urgensi untuk menghidupkan kembali permintaan domestik.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *